Senin, 20 Mei 2013


“Pendidikan  Vs Kungkungan Angka Kelulusan”
“Aduh…. Piye ya kalo g’ lulus???”. Wuaduh…. UAN sekarang gradene naik lho,,,!!!
Itulah sedikit kata kekhawatiran dari anak-anak SMP dan SMA kita atau yang sederajat lainnya...

UAN (Ujian Akhir Nasional), mungkin itu adalah momok yang menghantui siswa-siswi baik SD, SMP, maupun SMA kita atau yang sederajat lainya. Akan tetapi lucunya bukan mereka saja, tapi para guru maupun kepala sekolahpun ikut “nyut-nyut” kalau menghadapi UAN. “Waduh…. Gimana ya kalau siswa-siswiku sampe’ g’ lulus ?” itulah yang menghantui mereka. UAN bagi beberapa pihak sebagai solusi dan sebagian pihak lain hal yang tidak bagitu penting. Kenapa begitu ???
Ketika membincang pendidikan, idealnya dapat merujuk pada tegaknya pondasi yang menjadi pijakannya. Apakah sudah sesuai dengan analisis filsafat pendidikan yang idealnya dijadikan rujukan atau belum... Ataukah hanya dijadikan rujukan sebatas kepentingan-kepentingan pihak tertentu saja Yang berindikasikan “political will” yang ada ???
Masalah-masalah pendidikan itu sebenarnya bisa terselesaikan dengan analisa yang rujukannya adalah filsafat, karena jika memakai analisa ilmiah saja semata-mata tidak bisa menjawabnya. (Zulkarnain; Filsafat Pendidikan Islam 1995: 11). Dari sini bisa dilihat bahwa sebenarnya masalah pendidikan yang ada bisa di atasi dengan merujuk ke pondasinya, ini juga tidak bisa lepas dari filsafat pendidikan yang hanya bisa dijawab dengan pisau-pisau analisa yang dimiliki oleh filsafat, yaitu ontologi, epistimologi, aksologi. (Jujun S. Suria, Sumantri, Ilmu dalam perspektif : 1982:5 )
Ontologi (apa), epistimologi (bagaimana), aksiologi (nilai). Ketiga pisau tersebut adalah pisau analisis yang sebenarnya bisa dijadikan sebagai senjata untuk mengatasi masalah-masalah dalam pendidikan.
Terus,,,bagaimanakah masalah dengan UAN??? hal ini berkaitan dengan esensi pendidikan itu sendiri. Pendidikan itu bukan hanya transfer knowledge saja tetapi juga transfer nilai-nilai dan juga memiliki tiga ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Ketika kita lihat dari beberapa pendapat diatas, sangat ironis jika UAN menjadi penentu kelulusan bagi siswa-siswi. Akan tetapi bagaimana dengan masa depan mereka ??? terus bagaimana dengan pendidikan yang mereka tempuh selama bertahun-tahun??? apakah hanya akan ditentukan dengan waktu yang beberapa hari itu saja??? Terus,,,bagaimana mereka yang berada di pelosok-pelosok ? apakah ini sebagai solusi solutif …!
Sungguh tidak bisa dipungkiri terkait kebijikan pemerintah mengenai UAN bahwa dengan grade yang setiap tahunnya selalu ditambah, juga banyak meimbulkan masalah yang tidak bisa diremehkan dan dipandang sebelah mata. Yang menjadi pertanyaan besar adalah: dengan grade yang ditambah, apakah itu memang suatu solusi untuk meningkatkan pendidikan kita? Ataukah hanya sekedar tendensi political will saja? Mungkin pendidikan negara ini bukannya mejadi maju akan tetapi para penerus perjuangan bangsa ini menjadi bodoh….!!!!
Disinyalir, ada pihak yang setuju UAN di hapus atau dihilangkan. Tetapi dipihak lain tetap menuntut tetap adanya UAN. Dengan pertimbangan-pertimbangan kita harus punya grade-grade untuk patokan. Tetapi benar murnikah kalimat itu? Ataukah karena kalau UAN di delete, ada pihak-pihak yang bisa dibilang kehilangan ajang? Karena selama ini banyak sekali pihak-pihak yang akan merasa dirugikan…
Ok..sahabat, kawan, akhwat, teman, rekan mungkin itu Cuma sekelumit masalah pendidikan yang patut kita ulas. Sebenarnya ketika kita berpositif thinking sebenarnya semua itu adalah proses menuju kebaikan. Semua memang ada hambatan dari berbagai segi. Karena kita juga tidak memungkinkan bahwa pendidikan itu bersifat dinamis dan menyeluruh dalam suatu bingkai kebudayaan. (Hery Noer Aly & Munzier; Watak Pendidikan Islam: 2000 : 26)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar