“Pendidikan Vs Kungkungan Angka Kelulusan”
“Aduh…. Piye ya kalo g’ lulus???”. Wuaduh…. UAN sekarang
gradene naik lho,,,!!!
Itulah
sedikit kata kekhawatiran dari anak-anak SMP dan SMA kita atau yang sederajat
lainnya...
UAN (Ujian Akhir Nasional), mungkin itu
adalah momok yang menghantui siswa-siswi baik SD, SMP, maupun SMA kita atau
yang sederajat lainya. Akan tetapi lucunya bukan mereka saja, tapi para guru
maupun kepala sekolahpun ikut “nyut-nyut” kalau menghadapi UAN. “Waduh…. Gimana
ya kalau siswa-siswiku sampe’ g’ lulus ?” itulah yang menghantui mereka. UAN
bagi beberapa pihak sebagai solusi dan sebagian pihak lain hal yang tidak bagitu
penting. Kenapa begitu ???
Ketika membincang pendidikan, idealnya dapat
merujuk pada tegaknya pondasi yang menjadi pijakannya. Apakah sudah sesuai
dengan analisis filsafat pendidikan yang idealnya dijadikan rujukan atau
belum... Ataukah hanya dijadikan rujukan sebatas kepentingan-kepentingan pihak
tertentu saja Yang berindikasikan “political
will” yang ada ???
Masalah-masalah pendidikan itu
sebenarnya bisa terselesaikan dengan analisa yang rujukannya adalah filsafat, karena
jika memakai analisa ilmiah saja semata-mata tidak bisa menjawabnya.
(Zulkarnain; Filsafat Pendidikan Islam
1995: 11). Dari sini bisa dilihat bahwa sebenarnya masalah pendidikan yang ada
bisa di atasi dengan merujuk ke pondasinya, ini juga tidak bisa lepas dari
filsafat pendidikan yang hanya bisa dijawab dengan pisau-pisau analisa yang
dimiliki oleh filsafat, yaitu ontologi,
epistimologi, aksologi. (Jujun S. Suria, Sumantri, Ilmu dalam perspektif : 1982:5 )
Ontologi (apa), epistimologi (bagaimana), aksiologi (nilai). Ketiga pisau tersebut
adalah pisau analisis yang sebenarnya bisa dijadikan sebagai senjata untuk
mengatasi masalah-masalah dalam pendidikan.
Terus,,,bagaimanakah masalah dengan
UAN??? hal ini berkaitan dengan esensi pendidikan itu sendiri. Pendidikan itu
bukan hanya transfer knowledge saja tetapi juga transfer nilai-nilai dan juga
memiliki tiga ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Ketika kita lihat dari beberapa pendapat diatas,
sangat ironis jika UAN menjadi penentu kelulusan bagi siswa-siswi. Akan tetapi
bagaimana dengan masa depan mereka ??? terus bagaimana dengan pendidikan yang
mereka tempuh selama bertahun-tahun??? apakah hanya akan ditentukan dengan
waktu yang beberapa hari itu saja??? Terus,,,bagaimana mereka yang berada di
pelosok-pelosok ? apakah ini sebagai solusi solutif …!
Sungguh tidak bisa dipungkiri terkait
kebijikan pemerintah mengenai UAN bahwa dengan grade yang setiap tahunnya
selalu ditambah, juga banyak meimbulkan masalah yang tidak bisa diremehkan dan
dipandang sebelah mata. Yang menjadi pertanyaan besar adalah: dengan grade yang
ditambah, apakah itu memang suatu solusi untuk meningkatkan pendidikan kita?
Ataukah hanya sekedar tendensi political will saja? Mungkin pendidikan negara
ini bukannya mejadi maju akan tetapi para penerus perjuangan bangsa ini menjadi
bodoh….!!!!
Disinyalir, ada pihak yang setuju UAN
di hapus atau dihilangkan. Tetapi dipihak lain tetap menuntut tetap adanya UAN.
Dengan pertimbangan-pertimbangan kita harus punya grade-grade untuk patokan.
Tetapi benar murnikah kalimat itu? Ataukah karena kalau UAN di delete, ada pihak-pihak yang bisa
dibilang kehilangan ajang? Karena selama ini banyak sekali pihak-pihak yang
akan merasa dirugikan…
Ok..sahabat, kawan, akhwat, teman,
rekan mungkin itu Cuma sekelumit masalah pendidikan yang patut kita ulas.
Sebenarnya ketika kita berpositif thinking
sebenarnya semua itu adalah proses menuju kebaikan. Semua memang ada hambatan
dari berbagai segi. Karena kita juga tidak memungkinkan bahwa pendidikan itu bersifat
dinamis dan menyeluruh dalam suatu bingkai kebudayaan. (Hery Noer Aly &
Munzier; Watak Pendidikan Islam: 2000
: 26)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar