Senin, 20 Mei 2013

makul abie almayfie


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Di seluruh dunia Islam telah muncul kesadaran akan pentingnya sarana pendidikan. Kaum muslim tidak hanya memandang pendidikan sebagai sarana untuk mentransmisikan ide-ide pembaharuan Islam kepad agenerasi mendatang. Kesadaran yang semakin kuat itu juga tumbuh di kalangan kaum muslim terpelajar di Indonesia.untuk sebagian kesadaran itu disebabkan oleh semakin intensifnya interaksi dan koneksi antara pusat-pusat studi di Timur Tengah, dengan kelompok-kelompok nmuslim terpelajar di Indonesia. Sedangkan sebagian lainnya adalah karena kuatnya desakan keadaan untuk melawan kolonialisme. Sejarah mencatat muncul lembaga-lenbaga pendidikan modern di Indonesia, terutama pada akhir abad ke 20.[1]
Dalam makalah ini akan dibahas tentang lembaga-lembaga pendidikan tersebut, seperti PERSIS, NU, INS, dan Santi Asromo.
B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimana konsep pemabaharuan pendidikan Islam pada PERSIS?
  2. Bagaimana konsep pemabaharuan pendidikan Islam pada NU?
  3. Bagaimana konsep pemabaharuan pendidikan Islam pada INS?
  4. Bagaimana konsep pemabaharuan pendidikan Islam pada Santri Asromo?
 BAB II
PEMBAHASAN


A.    Konsep Pembaharuan Pendidikan Islam Pada PERSIS
Persatuan Islam didirikan secara resmi pada tanggal 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok orang Islam yang berminat dalam studi dan aktifitas keagamaan yang dipimpin oleh Zamzam dan Muhammad Yunus. Pendirian pesantren Persis dilatarbelakangi oleh kesadaran kolektif sebagian warga Persis untuk menyebarkan paham mereka sehingga bisa tersosialisasi di masyarakat. Dan salah satu tujuannya yaitu menginginkan munculnya calon-calon ulama dari generasi yang tafaqquh fi al-din yang terus meningkatkan pentingnya ajaran islam. [2]
Sebagaimana halnya dengan organisasi Islam lainnya, PERSIS memberikan perhatian yang besar pada kegiatan-kegiatan pendidikan, tabligh, serta publikasi. [3] Sistem pendidikan di pesantren Persis diantaranya: Raudlatul Athfal(2 th), Ibtidaiyyah(6 th), Tajhiziyyah(2 th), Tsanawiyyah(4 th), Diniyyah Uula(6 th), Diniyyah Wustha(4 th), Muallimin(2 th), Pesantren Luhur(4-5 th).
Pada dasarnya kurikulum yang dikembangkan pesantren persis ini adalah perimbangan pendidikan agama sebagai prioritas, jika dibandingkan dengan pendidikan umum dan yang menarik lagi kurikulum yang dipakai sampai saat ini adalah hasil rakitan sendiri. Namun begitu dalam pengakuan pendidik di kalangan pesantren kurikulum ini  masih didasarkan kepada kaedah-kaedah baku gerakan Persis, yang disebut Ahkam al Syar’I dan Qoidah Ushul. Dari racikan kurikulum ini diharapkan para santri memiliki bekal pengetahuan akidah yang cukup berdasarkan akhlaq al Karimah.
Pada tahun 1988 terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam system pendidikan Persis, yakni ketika pimpinan pesantren secara kelembagaan mengizinkan para santri untuk mengikuti ujian negara dalam bentuk EBTA persamaan. Dalam perspektif Kyai, hal ini akan mempengaruhi visi dan orientasi siswa di lingkungan Persis untuk menjadi ulama cenderung pragmatis seperti pegawai negeri.[4]
B.     Konsep Pembaharuan Pendidikan Islam Pada NU
NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926oleh kalangan ulama penganut madzhab yang seringkali menyebut dirinya sebagai golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Abdul Wahab Hasbullah. Berdirinya gerakan NU adalah sebagai reaksi terhadap gerakan reformasi dalam kalangan umat Islam Indonesia dan berusaha mempertahankan salah satu dari empat madzhab yang berhubungan dengan fiqh, madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali.[5]
NU adalah perkumpulan sosial yang mementingkan pendidikan dan pengajaran Islam . Oleh karena itu NU mendirikan Madrasah ditiap tiap cabang dan ranting untuk mempertinggi nilai kecerdasan masyarakat Islam dan mempertinggi budi pekerti mereka. Dalam misinya di bidang pendidikan NU akan mengupayakan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan sesuai dengan ajaran agama Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas, serta berguna bagi nusa dan agama.[6]
Setelah menjadi partai politik NU membentuk satu bagian khusus yang mengelola kegiatan pendidikan dan pengajaran formal dengan nama Al Maarif, yang bertugas untuk membuat perundangan dan program pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah yang di bawah naungan NU. Berdasarkan hasil rapat kerja Maarif yang di selenggarakan pada tahun 1978, disebutkan tentang program-program kerja Ma’arif antara lain :
1.      Pemantapan sistem pendidikan Ma’arif meliputi :
Ø  Menumbuhkan jiwa pemikiran dan gagasan, pandangan hidup ala ASWAJA
Ø  Menanamkan sikap terbuka, watak mandiri, ketrampilan menggunakan ilmu dan teknologi.
Ø  Menciptakan sikap hidup yang berorientasi pada kehidupan duniawi dan ukhrawi.menanamkan penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran agama islam yang dinamis.
2.      Peningkatan organisasi ma’arif
3.      Penyediaan data dan informasi tentang sekolah-sekolah ma’arif
4.      Penerbitan
5.      Peningkatan mutu guru ma’arif. [7]

C.    Konsep Pembaharuan Pendidikan Islam Pada INS
INS Kayutanam didirikan oleh Mohammad Syafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayutanam, di Sumatera Barat. Sejak berdiri hingga perang kemerdekaan, perguruan ini telah berkibar namanya, bersamaan dengan berkibarnya nama Perguruan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara di pulau Jawa. Pendidikan yang diberikan atas pendidikan teori dan praktek dan tujuan utamanya berdasarkan prinsip aktif, dengan mengutamakan peranan pekerjaan tangan.
Moh.syafei membedakan antara pendidikan dan pengajaran. Menurutnya pendidikan berfungsi melatih jiwa dan hati, sedangkan pengajaran berfungsi sebagai pengisi otak. Dalam penyusunan kurikulum kedua unsur ini dipadukan, materi kurikulum berisi bahan pengajaran teoritis dipadukan dengan kegiatan belajar mengajar praktis dan diusahakn lahirnya kreatifitas anak yang terarah dan terprogram untuk menciptakan karya yang bernilai dan bermanfaat. Untuk itu disusunnya kurikulum yang terdiri atas mata pelajaran teori dan ketrampilan dengan tujuan akhir siswa mampu hidup mandiri serta bermanfaat bagi masyarakat. [8]

D.    Konsep Pembaharuan Pendidikan Islam Pada Santri Asromo
Santri asromo didirikan oleh KH. Abdul Halim Iskandar tahun 1932 di desa Pasir Ayu, Majalengka. Santri asromo adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asromo (kampus) yang santri santrinya menerima pendidikan agama Islam melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya di bawah kedaulatan dan kepemimpinan seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri ciri bersifat karismatik serta independent dalam segala hal.[9]
Ada tiga factor yang mendorong berdirinya Santri Asromo:
1.      Rasa tidak puas terhadap pendidikan Belanda
2.      Tidak puas atas hasil pendidikan pesantren waktu itu
3.      Ingin mengadakan pembaharuan, modernisasi dan penyegaran pendidikan
Adapun tujuan utamanya yaitu membentuk kepribadian murid dengan memberikan kesempatan untuk meraih suatu jabatan dengan bekal ketrampilan yang terlatih.
      Menurut Abdul Halim pendidikan yang dibutuhkan harus menyangkut tiga factor yaitu pendidikan batin(akhlaq), social(ijtima’), dan ekonomi(iqtishad). Dengan demikian pada susunan kurikulum telah dilaksanakan materi pelajaran terpadu antara teori dan praktek. Pelaksaan kurikulum didasarkan atas prinsip pendidikan selama 24 jam yang dibagi menajdi intra dan ekstra. Kegiatan intra diselenggarakan pagi hari  dari jam 07.00 sampai 13.00 meliputi pelajaran agama dan pelajaran lain secara teoritis. Sedangkan kegiatan ekstra mulai jam 13.00 sampai 22.00 berupa bimbingan praktis.[10]
 
BAB III
KESIMPULAN


1.      Pembaharuan pendidikan pada Persis adalah memprioritaskan pendidikan agama daripada umum yang kesemua program pendidikannya merupakan hasil rakitan sendiri.
2.      NU mengembangkan pendidikan dan kebudayaan dengan mendirikan suatu lembaga yang diberi nama Al Ma’arif
3.      Pendidikan yang dilaksanakan pada INS berupa teori dan praktek  yang materinya bervariasi sesuai tingkatannya. Kurikulum yang disusun mengedepankan lahirnya kereatifitas anak dari keaktifan mereka sendiri.
4.      Pendidikan pada santri Asromo harus menayngkut tiga factor yaitu pendidikan batin, sosial, dan ekonomi.

REFERENSI

Hasan, Ali dan Mukti Ali. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003.
Fadeli, Soelaiman. Antologi NU.  Surabaya: Khalista, 2007.
Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996.


[1] Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Islam(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003), 8.
[2] Ibid, 23.
[3] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996), 122.
[4] Hasan, Kapita, 27.
[5] Hasbullah, Sejarah, 106.
[6] Soelaiman Fadeli, Antologi NU ( Surabaya: Khalista, 2007), 7.
[7] Hasbullah, Sejarah, 122.
[8] Hasan, Kapita, 17.
[9] Ibid, 20.
[10]Ibid, 22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar