Selasa, 04 Mei 2010

PERKEMBANGAN HADITS
PADA MASA ROSULULLAH SAW

A. Hadits Pada Masa Rasulullah SAW
Periode Rasulullah SAW merupakan periode pertama sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadits. Periode ini terhitung cukup singkat jika dibanding dengan masa-masa berikutnya. Masa ini berlangsung selama 2 tahun, mulai tahun 13 SH /610 M sampai dengan tahun 11 H/ 632 M. Masa ini merupakan masa turunnya wahyu (‘ashr al-wahyi) dan sekaligus sebagai masa pertunbuhan hadits.
Keadaan diatas sangat menuntut keseriusan dan kehati-hatian para sahabat, sebagai pewaris pertama ajaran Islam, dalam menerima kedua sumber ajaran diatas. Karena, pada tangan mereka kedua-duanya harus terpelihara dan disampaikan kepada pewaris berikutnya secara berkesinambungan. Data sejarah menunjukkan bahwa jumlah orang Islam dimasa Nabi terus bertambah banyak. Baik di periode Makkah atau Madinah. Maka tidak mustahil kalau para sahabat Nabi kemudian ingin tahu lebih banyak tentang ajaran Nabi dengan cara meluangkan waktu untuk selalu menyertainya, kemudian mereka sampaikan kepada orang lain.

B. Perkembangan Hadits di Masa Nabi
Subtansi ajaran Islam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sebagai Rasul, Nabi Muhammad berkepentingan meyebarkan Islam kepada ummat manusia. Al-hadits tersiar bersama penyiaran Islam itu dengan sendirinya. Dalam sebuah riwayat disebutkan, Nabi bersabda:

Artinya: “sampaikanlah olehmu apa yang berasal dariku, kendati hanya satu ayat.”
Untuk menyiarkan Islam, hadits termasuk didalamnya, Nabi menjanjikan pahala, baik kepada guru atau murid.

Terhadap guru misalnya:


Artinya: “ apabila anak adam meninggal, amalnya akan terputus kecuali tiga golongan, amal jariyah, anak sholehah yang mendoakan orang tuanya dan ilmu yang bemanfaat.”
Terhadap murid ia menjanjikan:


Artinya: “orang yang menempuh perjalanan mencari ilmu, Allah akan memudahkan kepadanya jalan ke surga.”
1. Cara menyampaikan hadits Nabi
a. Melalui para jama’ah pada pusat pembinaannya yang disebut “majlis al-ilmi.” Melalui majlis ini para sahabat memperoleh banyak peluang untuk menerima hadits, sehingga mereka selalu berusaha untuk mengkonsentrasikan diri untuk mengikuti kegiatannya.
b. Rasul menyampaikan hadistnya melalui sahabat tertentu, yang kemudian oleh para sahabat tersebut disampaikan kepada orang lain.
c. Melalui ceramah atau pidato ditempat terbuka, seperti haji wada’ dan futuh Makkah.
2. Faktor-faktor yang mendukung percepatan penyiaran hadits di masa Nabi adalah:
a. Rasulullah sendiri rajin menyampaiakan dakwahnya.
b. Karakter ajaran Islam sebagai ajaran baru telah membangkitkan semangat orang di lingkungannya untuk selalu mempertanyakan kandungan ajaran agama ini. Selaanjutnya, secara otomatis menyebar ke orang lain secara bersinambungan.
c. Peranan para istri Nabi sangat besar dalam penyiaran Islam, hadits termasuk di dalamnya. Terdapat kasus-kasus yang ditanyakan oleh kaum wanita tentang ajaran Islam yang berlaku bagi mereka. Persoalan yang dipandang oleh mereka sangat rahasia tidak ditanyakan langsung kepada Nabi, tetapi melalui perantaraan istri-istri beliau.
3. Penulisan hadits dan pelarangannya
Di masa hidupnya Nabi mengangkat banyak sahabat untuk menulis Al-Qur’an, tidak demikian dengan hadits. Sebagaimana dalam hadits Nabi yang artinya: “ Abu Sa’id Al-Khudri berkata, saya pernah berjuang agar Nabi memberi izin kepada kami untuk menulis hadits, tetapi Nabi enggan ( memberi izin”).
Tetapi terdapat pula hadits yang diperbolehkan orang manulis hadits. Misalnya dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa ketika Fath Makkah Rosulullah SAW. Bangkit untuk berkhutbah di tengah orang banyak. Maka berdirilah seorang penduduk Yaman, bernama Abu Syah. Katanya, “Ya Rosulullah, tuliskan untukku.” kata Nabi, “tuliskanlah untuknya.”
Dari kedua versi hadits itu diperoleh pesan dan pertentangan antara larangan dan izin menulis hadits. Tetapi yang jelas, kini kita mendapatkan hadist dari tulisan-tulisan. Ada beberapa teori muncul mengatasi kontradiksi kedua versi hadits tersebut, misalnya:
a. Larangan menulis hadits di periode permulaan Islam dan izin penulisannya diberikan di periode akhir kerasulan.
b. Larangan hadits bagi orang yang kuat hafalan dan tidak dapat menulis dengan baik serta dikhawatirkan salah dan bercampur dengan Al-Qur’an. Izin menulis diberikan kepada orang yang pandai menulis, tidak dikhawatirkan salah serta bercampur dengan Al-Qur’an.
c. Larangan itu ditujukan bagi orang yang kurang pandai menulis, dikhawatirkan tulisannya keliru. Sementara orang yang pandai menulis tidak dilarang untuk menulis hadits.
4. Keadaan para sahabat dalam menerima dan menguasai hadits
Dalam masa itu, para sahabat tidak sederajat dalam mengetahui keadaan Nabi SAW. Ada yang tinggal di kota, di desa, di dusun, berniaga, bertukang. Ada yang sering berada di kota, ada pula yang sering bepergian, ada yang terus beribadat, ada yang tiggal di masjid, tidak memperoleh kerja. Dan Nabi pun tidak selalu mengadakan “ceramah terbuka”. Tempo-tempo saja beliau melakukan yang demikian.
Diantara para sahabat Nabi yang banyak menerima hadits pelajaran dari Nabi ialah:
a. Yang mula-mula masuk Islam yang dinamai As Sabiqunal Awwalun, seperti Khulafa empat dan Abdulah Ibnu Mas’ud.
b. Yang selalu berada di samping Nabi dan bersungguh-sungguh menghafalnya, seperti Abu Hurairah. Dan yang mencatat seperti Abdullah Ibnu Amer Ibn ‘Ash.
c. Yang lama hidupnya sesudah Nabi, dapat menerima hadits dari sesama sahabat, seperti Anas Ibn Malik dan Abdullah Ibn Abbas.
d. Yang erat hubungannya dengan Nabi, yaitu: Ummahatul mu’minin, seperti Aisyah dan Ummu Salamah.
Para sahabat dalam menerima hadits dari Nabi berpegang pada kekuatan hafalannya. Mereka mendengar dengan hati-hati apa yang Nabi sapdakan, lalu tergambarlahlafal atau makna itu dalam dzihin mereka. Mereka melihat apa yang Nabi kerjakan. Dan mereka mendengar pula dari orang yang mendengarnya sendiri dari Rosul.
5. Kedudukan usaha menulis hadits pada masa Nabi SAW
Riwayat- riwayat yang benar ada menceritakan bahwa sebagian sahabat mempunyai lembaran-lembaran yang tertulis hadits. Mereka bukukan di dalamnya sebagian hadits yang mereka dengar dari Rosulullah SAW. Seperti shohifah Abdullah Ibn Amer Ibn Ash, yang dinamai “Ash shadiqah”.
Ada pula riwayat yang menerangkan bahwa Ali mempunyai shahifah, ditulis di dalamnya hokum-hukum diyat yang diberatkan kepada keluarga, dan lain-lainnya.
Selain dari pada itu Nabi SAW sendiri pernah mengirim surat kepada sebagian pegawainya menerangkan kadar-kadar zakat unta dan kambing. Dan pernah dengan tegas Nabi SAW memerintahkan sahabat menulis hadits. Misalnya. dalam kitab Al Ilm dari Abu Hurairah:


Artinya: “bahwasannya golongan Khuza’ah (Hudzali) membunuh seorang lelaki dari bani Laits pada tahun Nabi mengalahkan kota Makkah, disebabkan satu pembunuhan yang telah lama dilakukan oleh bani Laits terhadap bani Khuza’ah. Kejadian itu diberitahukan kepada Nabi.”

KESIMPULAN

Perkembangan Hadits di Masa Rasulullah SAW
Periode Rasulullah SAW merupakan periode pertama sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadits. Periode ini terhitung cukup singkat jika dibanding dengan masa-masa berikutnya. Masa ini berlangsung selama 2 tahun, mulai tahun 13 SH /610 M sampai dengan tahun 11 H/ 632 M. Masa ini merupakan masa turunnya wahyu (‘ashr al-wahyi) dan sekaligus sebagai masa pertunbuhan hadits.
1. Cara menyampaikan
a. Melalui para jama’ah pada pusat pembinaannya yang disebut “majlis al-ilmi’.
b. Rasul menyampaikan hadistnya melalui sahabat tertentu.
c. Melalui ceramah atau pidato ditempat terbuka.
2. Faktor-faktor yang mendukung percepatan penyiaran hadits di masa Nabi adalah:
a. Rasulullah sendiri rajin menyampaiakan dakwahnya.
b. Peranan para istri Nabi sangat besar dalam penyiaran Islam.
3. Penulisan hadits dan pelarangannya
Di masa hidupnya Nabi mengangkat banyak sahabat untuk menulis Al-Qur’an, tidak demikian dengan hadits.

DAFTAR PUSTAKA

Ranuwijaya, Utang, Ilmu Hadits. Jakarta: Gaya Media Tama. 1993.
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. DR. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang: Pustaka Rizki Putra.1987.
Zuhri, Muh, Hadits Nabi Telaah Histories dan Metodologis. Yogjakarta: Tiara Wacana Yogja, 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar